
JAKARTA - Pelecehan dan kekerasan seksual terhadap perempuan semakin marak di Jakarta. Bahkan tak jarang pelecehan terjadi di ruang-ruang publik dan fasilitas umum ibu kota.
Aktivis perempuan yang juga Calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dari DKI Jakarta, Fahira Idris, mengatakan Pemprov DKI belum memiliki kebijakan spesifik untuk menjadikan kotanya ramah terhadap kaum hawa. Dia mencontohkan fasilitas transportasi hingga ruang-ruang publik, mulai dari trotoar, taman, halte, terminal, mal, sampai fasilitas toilet, yang belum memberi kenyamanan kepada perempuan.
“Coba cek, berapa banyak mal atau kantor di Jakarta yang punya lift tembus pandang. Kebanyakan tertutup dan ini rentan terjadinya tindak kejahatan kepada perempuan. Atau perhatikan toilet apakah sudah sesuai dengan untuk kebutuhan perempuan, baik jumlahnya maupun fasilitasnya. Perempuan itu biasanya membutuhklan waktu lebih lama dan tempat lebih luas dibanding laki-laki,” ujar Caleg DPD nomor urut 11 ini.
Fahira Idris juga melihat Jakarta masih luput memperhatikan hal-hal kecil yang sebenarnya sangat dibutuhkan perempuan perkotaan. Menurut Putri mantan Menteri Perindustrian Fahmi Idris ini, sangat sedikit sudut jalan di Jakarta yang dibuat landai agar para ibu mudah menurunkan kereta bayinya.
"Atau semua bus kota di Jakarta pegangan tangannya sama ketinggiannya, padahal kebanyakan perempuan membutuhkan pegangan tangan yang lebih rendah,” ungkapnya.
Karena itu dia bertekad menjadikan Jakarta sebagai Kota Ramah Perempuan. Caranya dengan menjamin kenyamanan dan keamanan perempuan dalam melakukan aktivitas keseharian.
“Perempuanlah yang mengantar anak ke sekolah, belanja ke pasar atau pusat perbelanjaan, mengajak anak bermain di taman, hingga harus bekerja terkadang sampai malam. Jadi perempuanlah yang paling sering menggunakan fasilitas publik, mulai dari angkutan umum, trotoar, hingga toilet. Jadi kenyaman dan keamanan perempuan harus dijamin jika Jakarta mau disebut kota yang ramah terhadap perempuan,” tutupnya.
No comments:
Post a Comment